webmistress journal affiliates freebies credits
Quw eMg pUnyA kLiK..
I Support Privacy Protection





.::MisS CHiLDiSh::.

-N.A.Y.C.H.A.N-

just ordinary girl.03-12-91.friendly.moody.girly.pink

More...
My FRienDSTeR



TiMe is OveR



HaVe GonE


ArChiVeS


AriSaN yUk
Name :
Web URL :
Message :


De BloGRoLL


ReaDeR CoUnTRy


KotaK aJaiB


Saturday, December 15, 2007
LoVe iS (not) bLinD @ 12:31 PM

Di saat kita menemukan cinta sejati, tentu merasa bahagia dan semuanya terlihat lebih indah. Dimana kita mempunyai seseorang yang dapat kita ajak berbagi dalam senang maupun duka. Namun tidak semuanya berjalan dengan kemauan kita, kadang ada saja masalah yang melanda. Seperti contohnya, dikala pasangan kita mempunyai kekurangan, kita pun sebagai pasangannya harus dapat memakluminya. Karena kita telah mengenalnya, baik luar dan dalamnya.

Namun dikala kita dapat menerima segala "minus"nya pasangan kita, itu berarti kita telah menyayanginya secara apa adanya. Bukan hanya keelokan paras dan hatinya, tetapi kekurangannya pun kita menerimanya. Coba kita telaah lagi, sama nggak sich dengan cinta buta. Cinta buta sendiri adalah cinta dimana kita mengesampingkan/menutupi semua kekurangan yang ada pada pasangan kita, sehingga kita mengganggap pasangan kita "perfect" seutuhnya.

Saat kita menerimanya sebagai pasangan kita, tentu kita pun telah menerima semua baik buruknya dia, kelebihan kekurangan dia, plus minusnya dia dan termasuk semua "problem" dan kesibukan dia. Bila dia berbuat kesalahan, dengan senantiasa kita memaafkan. Karena tidak ada manusia yang luput dari kesalahan, 100 hanya milik Sang Pencipta. Ketika kita benar-benar menyayanginya dan mencoba memahami semua pemikirannya, apakah itu mencintainya secara apa adanya atau mencintainya secara buta? Saat kita menganggapnya sempurna dan tidak ada yang dapat menggantikannya dan tak mampu berpaling darinya. Apakah kita mencintai apa adanya atau mencintai secara buta?

Kata orang cinta itu butuh pengorbanan. Jika orang yang kita sayang bahagia, pasti kita akan ikut bahagia. Benarkah itu? Maukah kebahagiaan sendiri kita korbankan. Janganlah kita munafik. Manusia memiliki batas rasa kesabaran sehingga suatu saat kita pasti juga ingin merasakan kebahagiaan yang sesuai dengan kemauan kita. Jadi jika kita terus-terusan disakiti, kita pun perlu membeladiri, jangan pasrah aja. Melihat suatu permasalahan, janganlah hanya secara kasat mata namun lihatlah juga kedepannya.

Hmmm...
So, sejauh mana kita bisa mencintai apa adanya tanpa harus membutakan mata?
Apakah mungkin seseorang mencintai apa adanya tanpa menjadi buta?
Ataukah mencintai secara buta berarti juga mencintai apa adanya?

Labels:




©copyrighted 2008 punch-that-goblin.co.nr